Tanah, Air dan Noda Kemanusiaan

  • 0



Teriakan merdeka atau mati akan selalu dikenang para pewaris kemerdekaan pada setiap tanggal 17 agustus. Indonesia seharusnya lebih berbangga lagi karena dulu bangsa ini merdeka bukan hasil dari pemberian dari para koloni penjajah, namun kemerdekaan itu diraih oleh para pejuang bangsa indonesia dengan semangat tekad juang demi membebaskan belenggu yang telah merenggut kehormatan jati diri para bangsa yang ada di bumi nusantara yakni indonesia. Namun bila sejenak kita kenang, sejarah dulu mengapa keinginan masyarakat senusantara ingin merdeka begitu kuat. Terlalu lama tersakitikah, sama- sama terjajah oleh belandakah atau karena wilayah yang pernah bersatu dulu dibawah naungan satu kerajaan. Jelasnya Panjangnya waktu penjajahan menekan batin untuk memberontak, keinginan diri untuk bebas, menjadi tuan di negeri sendiri.

Kala itu 17 agustus 1945 bukan merupakan kemerdekaan indonesia, tetapi awal dari suatu kebangkitan, tonggak baru perlawanan, masa dimana kebersamaan untuk merdeka terjalin kuat, kokoh berdiri bersama diantara belahan2 daerah yang bersuku budaya yang berbeda - beda. Keseragaman untuk mendirikan sebuah negara. Pelopor kemerdekaan indonesia. Setelah itu masih banyak perjuangan - perjuangan yang dilakukan pemuda indonesia dari berbagai elemen lapisan masyarakat. Jepang kalah telak oleh sekutu. Pemboman hirosima nagasaki pukul mundur tentara jepang yang berada di indonesia. Membuat moral mereka turun.

Masa peralihan berganti, belanda datang kembali. Sambil membonceng sekutu dengan dalih ingin membebaskan indonesia. Usaha demi menjaga hak secara de facto belum cukup. Pengakuan indonesia merdeka di mata dunia harus didapatkan. Saling silang pendapat, banyaknya argumentasi tanpa titik temu memaksa perang adalah jalan akhir dari kebuntuan. Jiwa pejuang melayang tak terhitung banyaknya. Darah yang membanjiri tanah air seakan mengatakan "demi masa depan anak bangsa indonesia". Apakah pantas pengorbanan para pejuang itu demi satu alasan. pantaskah mereka menjadi tumbal peperangan. Seberapa mahalnya harga tanah air ini hingga menumpahkan sekian banyak darah. Mereka yang meninggalkan noda sudah pasrah, rela. Mereka yang ditinggalkan tidak rela menerima kepergian hanya bisa pasrah.

Dengan berjalannya waktu, sejarah akhirnya tercipta untuk negara Republik Indonesia. Pengakuan sudah tersurat, kini beralih masa kemandirian. Negara membutuhkan aturan, kepemerintahan, wilayah dan elemen terpenting yaitu masyarakat. UUD45 dicanangkan. Wilayah dari sabang sampai merauke. Pencapaian yang begitu besar, namun bisa tercela akibat pergolakan politik oleh pemberontakan - pemberontakan dan pengkhianatan demi harta dan kekuasaan. Namun apalagi selain itu, pertanyaan yang selalu terukir setelah membuka satu persatu halaman buku sejarah indonesia. Mengapa harus berperang dengan saudara sendiri. Apa keinginan mereka selanjutnya setelah merdeka. Waktu berlalu tidak pasti. Kadang terasa berjalan lambat, kadang cepat. Masa peralihan kekuasaan dari orde lama, lalu orde baru, sekarang orde reformasi. Masih kental dengan perjuangan. Berapa banyak tumbal yang dibutuhkan. Banyak darah pemuda yang bergelimpangan demi adanya perubahan gaya hidup yang layak.

Apakah konflik itu perlu terjadi sedemikian parahnya. Memang umur bangsa indonesia masih terbilang muda. Perlu banyak berbenah untuk mendewasakan diri. Sebenarnya tanah air tidak butuh lagi korban, namun cara berpikir dan pandangan kita yang akhirnya membuahkan hasil yang tidak pasti, belum seirama, belum terfokuskan, bahwa seluruh wilayah yang ada di dalam lingkaran indonesia membutuhkan kepedulian. Bukan akibat dari bencana alam dan musibah lainnya baru keprihatinan itu muncul kembali. Sangat dimengerti sekali, mengapa indonesia belum seutuhnya bersatu. Berkepala dua masih bisa berkompromi, kepala tiga atau empat bisa terjaga dan saling memaklumi, bila beratus atau beribu kepala, masih bisa terikat erat nan kokoh?

Keajaibannya Indonesia memiliki beraneka ragam suku bangsa. Memang negara ini masih terdapat pemberontakan yang akhirnya menghilangkan satu wilayah yaitu Timoer Leste. Namun bangsa lainnya tetap bersatu, walau masih ada keraguan untuk bertahan dan saling menahan pada lingkaran yang sama. Sering kali terlihat di berita, demo - demo terdengar dipenjuru daerah. Menyatakan ketidakpuasaannya kepada wakilnya. Dengan sangat disayangkan ujung - ujungnya berakhir kisruh. Bila saja para penanggung jawab jabatan alias pejabat tidak sibuk sendiri dengan masalahnya dan mau berkompromi, menemui para pendemo, mendengarkan keluh kesahnya, maka kerusuhan tidak akan terjadi. Negara ini sudah merdeka, banyak dari mereka yang menikmati kemerdekaan ini, tidak sedikit pula yang masih merana.

Sudah waktunya kritikan ditunda. Saatnya menunggu, memperhatikan, mengawasi sejenak lalu bertindak dengan didahulukan perencanaan yang matang, agar perubahan yang hendak dilaksanakan berjalan sesuai keinginan. Bukan saatnya lagi bertindak gegabah, bermain otot yang akhirnya merusak lingkungan, terjadi lagi korban, yang berakhir pada kerugian pada negara itu sendiri. Sudah waktunya belajar untuk merenungkan sesaat, tentang banyaknya kesalahan, mengapa perkembangan negara ini malah terbelakang. Bukan dengan argumentasi, Indonesia butuh solusi, Indonesia butuh budaya kepengurusan bukan budaya pengrusakan.

Pertanyaan yang selalu selalu datang, tidak bisa dihiraukan, selalu saja datang, pergi dan kembali lagi. Indonesia mempunyai berbagai kebudayaan. Dalam konteks ini budaya merupakan sebagian dari suatu paham yang dibuat oleh manusia. Agama datang dari Sang Maha Pencipta, yang disebarkan oleh pembawa beritaNya. Memang sebagian besar mayoritas dipegang oleh satu agama. Bila agama ini mempunyai peranan yang penting dalam politik, berarti agama lainnya yang disahkan oleh negara ini bisa berpolitik. Apa akibatnya bila semua agama ini bersatu dalam politik. Banyaknya perbedaan pendapat juga terlihat pada banyaknya partai baru yang berdiri. Apakah membuat partai baru ini merupakan sebuah solusi, yang diakhir pemilihan hanya bisa menduduki beberapa kursi saja, sementara hasil dari setiap rapat anggota beberapa partai yang menang dan hanya yang mendapatkan banyak kursi yang berpeluang menjalankan roda berpolitiknya. Entah untuk keperluan anggotanya sendiri, entah untuk nasib warga negara itu sendiri.

No comments :






Real Time Web Analytics Real Time Web Analytics